Rabu, 20 Mei 2009

AMOS 5:21-22

AMOS 5:21-22
”Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu.
Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka,
Dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang.”

Nabi Amos adalah seorang peternak domba dan pemungut buah ara dari Tekoa sebelum dipanggil untuk menjadi nabi. Amos bekerja sebagai nabi dan bernubuat di Israel Utara kira-kira pada tahun 760 sM. Amos muncul di tempat suci kuno Betel sebagai nabi dan di tempat inilah dia memberitahukan bahwa kerajaan Israel Utara akan hancur. Kehancuran ini merupakan akhir dari kerajaan Israel Utara yang akan terjadi dalam bentuk kekalahan militer yang disusul oleh pembuangan seluruh penduduk negeri. Musibah ini tidak diketahui alasan tepatnya. Akan tetapi melalui nubuatan Amos dalam kitabnya dapat dilihat atau ditemukan alasan-alasan munculnya musibah-musibah yang akan menimpa Israel Utara. Salah satu alasannya adalah Amos menemukan keanehan dalam peribadahan Israel. Amos tadinya melihat ibadah Israel sebagai ibadah yang teratur, tetapi pada kenyataannya ibadah mereka ini hanyalah tipuan yang tidak berguna.
Amos 5:21-22 merupakan bagian dalam perikop Amos 5:21-27 dengan tema ”Ibadah Israel Dibenci Tuhan.” Satu keseluruhan perikop ini menyingkapkan penyakit agama bangsa Israel dan perubahan atau pembaharuan agamawi. Bagian perikop ini dimulai dengan penolakan ilahi terhadap praktek-praktek agamawi yang berlaku di Israel. Penolakan ini jelas terlihat pada ayat 21 dan 22 dimana Tuhan sangat membenci dan memandang rendah (despise à terjemahan NIV) atau menghinakan (terjemahan LAI) perayaan dan perkumpulan kaum Israel. Persembahan atau korban yang sudah biasa dilakukan ditolak oleh Tuhan. Tuhan pasti memiliki alasan yang tepat untuk menolak perayaan, perkumpulan dan korban umat Israel. Hal inilah yang ingin Amos sampaikan lewat nubutannya kepada bangsa Israel.
Ayat 21 menceritakan Tuhan membenci perayaan dan perkumpulan Israel. Kebencian ini dikarenakan kemunafikan dan kepura-puraan umat Israel dalam melaksanakan peribadahan. Kemunafikan dan kepura-puraan dapat dilihat dari ketidakadilan yang dipraktekkan oleh umat Israel. Pada zamannya ini menceritakan bahwa di Israel terjadi praktek jual-beli manusia untuk dijadikan budak sebagai ganti hutang. Praktek ketidakadilan dan tindakan amoral ini sangat bertentangan dengan praktek agamawi yang dilakukan oleh umat Israel.
Mereka melaksanakan peribadahan karena takut datangnya musibah-musibah yang akan segera menimpa mereka. Mereka menjadikan ibadah sebagai jaminan keselamatan, ketentraman dan perkenanan Tuhan. Dengan kata lain ibadah hanya bersifat formal saja. Di sini Amos ingin mengatakan bahwa tidak ada gunanya melaksanakan ibadah jika sistem pemerintahan Israel masih dalam ketidakadilan. Sungguh sangat sia-sia ibadah yang dilaksanakan karena hanya merupakan kemunafikan dan kepura-puraan.
Ayat 22 bercerita tentang penolakan Tuhan atas korban bakaran, korban sajian dan korban keselamatan yang dipersembahkan umat Israel. Korban persembahan ini merupakan hasil dari ketidakadilan dan ketamakkan Israel. Hal inilah yang tidak disukai oleh Tuhan sehingga penolakan pun terjadi. Penolakan tidak hanya terjadi dalam perayaan dan perkumpulan, tetapi juga ritual atau korban persembahan umat Israel. Perayaan yang serba mewah dan korban-korban yang mahal itu dipersembahkan dengan hasil penindasan kepada kaum miskin. Tuhan tidak akan menerima ritual seperti itu karena sesungguhnya persembahan itu dipersembahkan bukan untuk Tuhan, tetapi untuk ilah lain.
Berdasarkan teks ini dapat ditarik kesimpulan yang dapat dimaknai bahwa pelaksanaan praktik ibadah hendaknya sejalan dengan kebenaran dan ketaatan. Ibadah akan sia-sia jika dijalani bergandeng dengan kefasikan dan hanya berakibat dosa. Ibadah seharusnya dijadikan sebagai penyembahan kepada Allah dan bukannya pendurhakaan. Sesering dan serajin kita melaksanakan ibadah, tetapi hanya karena tuntutan atau sekedar kewajiban dan bukan dari kesungguhan hati merupakan suatu kesalahan yang besar yang kita perbuat. Allah menginginkan ibadah yang benar-benar tulus dari hati kita.
Persembahan memang penting, tetapi jika persembahan itu adalah hasil dari ketidakbenaran dan ketidakadilan, seperti hasil korupsi hanya akan membawa kita kepada dosa dan murka Allah. Apa yang kita berikan dan persembahkan kepada Allah tidak akan diterima. Sekecil dan sesedikit apa pun yang kita berikan, jika itu merupakan kerelaan dan ketulusan hati pasti akan diterima oleh Allah. Satu hal yang penting adalah jangan jadikan ibadah sebagai formalitas saja.Daftar rujukan buku tafsir: WBC dan AB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar