Pendidikan Agama Kristen menurut Thomas Groome dan
Randolph Crump Miller
Persamaan dan Perbedaan Teologi Groomed an Miller
Groome dan Miller merupakan tokoh Pendidikan Agama Kristen yang menganut paham yang tidak anti perubahan. Teologi mereka tidak hanya berisi tentang dogma, tetapi juga cenderung memasukkan unsur-unsur yang relevan untuk masa kini. Mengenai teologinya, Groome tidak mengesampingkan dogma maupun warisan tradisi gereja, tetapi tetap berkomunikasi dengan perkembangan zaman. Hal yang serupa juga dilakukan Miller. Dia menolak dengan tegas teologi yang tidak memiliki tujuan yang jelas. Keduanya setuju untuk menggunakan sumber-sumber yang akan membuat PAK lebih relevan di masa kini. Misalkan dari pengalaman pribadi dan ilmu social yang ada/sumber-sumber sekuler.
Perbedaan di antara keduanya dapat dilihat pada penggunaan sumber-sumber sekuler tersebut. Groome lebih terbuka dan menerima sumber-sumber sekuler (ilmu-ilmu sosial) untuk dapat menerjemahkan pemahaman PAK untuk masa kini. Groome juga lebih menekankan pada pentingnya dialog untuk dapat menetapkan teologi yang akan dibawa oleh PAK. Miller sendiri hanya ingin melakukan perubahan dan tidak menggunakan dialog dalam berteologi di sekitar PAK. Miller sangat berhati-hati dengan sumber-sumber sekuler. Hal ini dikarenakan sumber-sumber sekuler tersebut tidak focus pada tujuan PAK. Bagi Miller teologi merupakan sebagai kebenaran tentang Allah dalam hubungan dengan manusia. Penemuan suatu teologi yang relevan yang akan menjembatani jurang pemisah antara isi dan metode adalah kunci bagi Pendidikan Agama Kristen. Teologi ini akan menjadi latar belakang dan titik tolok untuk memahami kebenaran Kristen.
Persamaan dan Perbedaan dalam Tujuan dan Praktek Pendidikan dalam Iman
Groome dan Miller memiliki sedikit kesamaan dalam tujuan PAK, yaitu untuk membangun iman atau kematangan dalam iman Kristen. Selain itu juga, mereka sama-sama ingin agar seseorang dapat mengenal Allah dengan sempurna. Sedangkan mengeanai perbedaan, keduanya memiliki banyak perbedaan. Groome ingin mewujudkan kerajaan Allah dalam Yesus Kristus, tetapi Miller sama sekali tidak menyinggung hal ini. Dalam prakteknya sendiri khususnya mengenai kebaktian, Groome lebih menekankan pada pentingnya interaksi dua arah dalam kelas, sedangkan Miller lebih menekankan pada arti ibadah sesungguhnya, yaitu pada pemilihan lagu, pengaturan ruangan dan pemilihan bacaan Firman Tuhan.
Groome memiliki tiga tujuan PAK, yaitu pendidikan untuk Kerajaan Allah, pendidikan untuk iman Kristen, pendidikan untuk kebebasan manusia. Miller mengatakan bahwa pusat dari Pendidikan Agama Kristen adalah Allah. Untuk itulah para pendidik harus mengantar pelajar sedemikian rupa, sehingga ia mengalami pengalaman yang benar dengan Allah, Bapa Tuhan Yesus Kristus.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Groome dan Miller dalam Konteks Indonesia Masa Kini
Kelebihan Groome:
Thomas Groome memiliki pendekatan teologi yang sangat cocok untuk diterapkan di Indonesia yang disebut Shared-praxis approach yang mencoba mendialogkan ortodoksi dan ortopraksis. Tidak menutup kemungkinan pendekatan inilah yang tepat pada masa kini. Contohnya, anak-anak tidak cukup diajar untuk mengenal dan menghafal tokoh-tokoh dan cerita-cerita Alkitab, melainkan mereka dapat mendialogkannya dengan kenyataan masa kini. Misalkan dengan melalui identifikasi dengan tokoh-tokoh Alkitab, mengatasi konflik sesuai dengan Firman dan hukum Tuhan, hidup bersama dengan orang banyak yang plural dan sebagainya.
Groome sendiri memiliki kelebihan yang lain yang disebut dengan five movements, yaitu Naming Present Action, Critical Reflection on Present Action, Making Accessible Christian Story and Vision, Dialectical Hermeneutic to Appropriate Christian Story/Vision to Participants Stories and Vision, and Decisiom/Response for Live Christian Faith. Five Movements ini juga bisa diterapkan di lingkungan Pendidikan Indonesia
Kekurangan Groome:
Kekurangan dari teori Groome dapat dilihat dari langkah-langkah yang disebut dengan Five Movements. Ketika mengikuti langkah-langkah ini, sudut pandang kita lebih terarah pada subjektivitas. Kita melihat peristiwa itu dan menganalisa sampai pada prakteknya menurut sudut pandang kita dan mencoba mencari peristiwa yang sama yang ada dalam Alkitab sebagai patokan. Di sini akan terjadi multitafsir. Kita akan memandang suatu peristiwa dengan sudut pandang kita sendiri.
Kelebihan Miller:
Miller memberikan pendekatan kurikuler yaitu bahan sentris, yaitu bahan yang Alkitab-sentris, gereja-sentris, ataupun pokok teologi-sentris. Pendekatan lainnya adalah kehidupan/pengalaman-sentris. Ia pun menggolongkan beberapa metode, yaitu usaha memberitahukan, memperlihatkan, mengadakan pertukaran-pikiran dan kegiatan kelompok. Miller sangat menghargai dan menghormati ibadah sehingga ia mengutamakan pentingnya untuk merencanakan suasana ibadah. Baginya kebaktian merupakan integral dari PAK, karena kebaktian adalah lingkungan yang luas bagi pelaksanaan PAK itu sendiri. Saya setuju dengan pemikiran Miller khususnya dalam kurikulumnya yang Teologi-sentris. Struktur yang ia terapkan sudah sangat baik untuk di terapkan di gereja-gereja Indonesia.
Kekurangan Miller: Kekurangan teori Miller dapat dilihat dalam penggunaan sumber-sumber sekuler dalam kemasyarakatan atau pengalaman kolektif yang harus berperan di dalam perkembangan materi pengajarannya kurang dapat diterapkan di Indonesia. Hal ini disebabkan masyarakat Indonesia adalah masyarakat plural yang mayoritas agama Islam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar